Kamis, 07 Agustus 2014

INTEGRITAS GURUKU



Nanti pukul 14.00 wib masuk lagi ya, “pesan Pak Muh” Pak Muh, guru kelas tiga dan lima di SD Negeri tempat kami sekolah dulu. Beliau pendatang.  Karena tidak banyak guru di daerah kami. Biasanya guru-guru SD berasal dari kota kabupaten lain. Di SD kami muridnya banyak sekali. Satu kelas rata-rata 40 an anak. Sedangkan gurunya hanya lima orang dengan kepala sekolah. Pak Bon satu orang. Ruang kelas Cuma ada dua yang cukup bagus itupun bengunan jaman belanda.  Kelas yang lain pinjam di Rumah pak lurah.
Pak Muh, guru kelas kami. Beliau kalau mengajar sebelumnya mengaabsen murid-muridnya dilanjutkan bernyanyi atau bercerita terlebih dulu. Baru kemudian matematika (berhitung), bahasa daerah dan budipekerti, barang kali kalau sekarang pendidikan karakter.  Kami selalu menjemput beliau, membawakan tasnya dan berjalan beramai-ramai mengiringi beliau.  Beliau hampir tak pernah pakai sepatu, hanya memakai sandal plastik. Sandal plastik ketika itu sangat mewah. Kami tidak tahu penghasilan guru-guru kami, ku pikir ya tidak memadahilah, nyatanya rumahnya berdidinding bambu, perabotannya sangat sederhana.
Siang itu cuaca sangat panas. Murid-murid telah bersiap menerima tambahan pelajaran latihan-latihan mengerjakan soal-soal dan membahasnya. Kami semua gembira menerima tambahan pelajaran pada saat itu, walaupun pagi tadi telah masuk sekolah. Murid-murid tidak merasa bosan ataupun malas-malasan dalam mengikutinya. Karena Pak Muh,  dan guru-guru yang lain pada waktu itu pandai memberi motivasi dan teladan yang baik, mereka sangat berwibawa dan disegani oleh muridnya maupun masyarakat.  Dan mereka sangat bertanggungjawab terhadap keberhasilan belajar anak didiknya. Guru-guru kami dulu hanya lulusan SGB setingkat SMP namun kemampuan mengajarnya sangat baik.  Dan mereka mampu, memiliki kemampuan mengajar  berbagai mata pelajaran dengan baik. Guru-guru kami selalu memberi pelajaran tambahan, diluar jam sekolah dan tak pernah mengutip biaya tambahan pelajaran, Beliau iklas demi anak didiknya. Jadi anak-anak sangat hormat dan menyayanginya. Jika beliau tidak hadir di sekolah sehari saja anak-anak bertanya-tanya ada apa gerangan?
Nasihat-nasihatnya selalu didengar dan diikuti.  Pesan-pesan yang disampaikannya pun selalu  aku ingat. Ya inilah barangkali kalau istilah sekarang manusia yang berintegritas. Bahkan sampai sekarangpun tak aku dengar cerita atau berita buruk yang menyangkut perjalanan hidup mereka mantan pengasuh, pendidik kami dimasa sekolah dasar dahulu, baik yang masih hidup maupun yang telah almarhum. Karena apa yang mereka katakan sama apa yang mereka lakukan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar