Nanti pukul 14.00 wib masuk lagi ya,
“pesan Pak Muh” Pak Muh, guru kelas tiga dan lima di SD Negeri tempat kami
sekolah dulu. Beliau pendatang. Karena
tidak banyak guru di daerah kami. Biasanya guru-guru SD berasal dari kota
kabupaten lain. Di SD kami muridnya banyak sekali. Satu kelas rata-rata 40 an
anak. Sedangkan gurunya hanya lima orang dengan kepala sekolah. Pak Bon satu
orang. Ruang kelas Cuma ada dua yang cukup bagus itupun bengunan jaman belanda.
Kelas yang lain pinjam di Rumah pak
lurah.
Pak Muh, guru kelas kami. Beliau
kalau mengajar sebelumnya mengaabsen murid-muridnya dilanjutkan bernyanyi atau
bercerita terlebih dulu. Baru kemudian matematika (berhitung), bahasa daerah
dan budipekerti, barang kali kalau sekarang pendidikan karakter. Kami selalu menjemput beliau, membawakan
tasnya dan berjalan beramai-ramai mengiringi beliau. Beliau hampir tak pernah pakai sepatu, hanya
memakai sandal plastik. Sandal plastik ketika itu sangat mewah. Kami tidak tahu
penghasilan guru-guru kami, ku pikir ya tidak memadahilah, nyatanya rumahnya
berdidinding bambu, perabotannya sangat sederhana.
Siang itu cuaca sangat panas. Murid-murid
telah bersiap menerima tambahan pelajaran latihan-latihan mengerjakan soal-soal
dan membahasnya. Kami semua gembira menerima tambahan pelajaran pada saat itu,
walaupun pagi tadi telah masuk sekolah. Murid-murid tidak merasa bosan ataupun
malas-malasan dalam mengikutinya. Karena Pak Muh, dan guru-guru yang lain pada waktu itu pandai
memberi motivasi dan teladan yang baik, mereka sangat berwibawa dan disegani
oleh muridnya maupun masyarakat. Dan
mereka sangat bertanggungjawab terhadap keberhasilan belajar anak didiknya.
Guru-guru kami dulu hanya lulusan SGB setingkat SMP namun kemampuan mengajarnya
sangat baik. Dan mereka mampu, memiliki
kemampuan mengajar berbagai mata
pelajaran dengan baik. Guru-guru kami selalu memberi pelajaran tambahan, diluar
jam sekolah dan tak pernah mengutip biaya tambahan pelajaran, Beliau iklas demi
anak didiknya. Jadi anak-anak sangat hormat dan menyayanginya. Jika beliau
tidak hadir di sekolah sehari saja anak-anak bertanya-tanya ada apa gerangan?
Nasihat-nasihatnya selalu didengar
dan diikuti. Pesan-pesan yang disampaikannya
pun selalu aku ingat. Ya inilah
barangkali kalau istilah sekarang manusia yang berintegritas. Bahkan sampai sekarangpun
tak aku dengar cerita atau berita buruk yang menyangkut perjalanan hidup mereka
mantan pengasuh, pendidik kami dimasa sekolah dasar dahulu, baik yang masih
hidup maupun yang telah almarhum. Karena apa yang mereka katakan sama apa yang
mereka lakukan.