Rabu, 19 November 2014
PRESIDENKU BARU
Pilkada sudah selesai. Banyak yang stres gara-gara dikejar para penagih hutang. La.., bagaimana, tidak stres. Modal nyalegnya ngutang. Tidak terpilih lagi. Coba bayangkan mesti saja ya gulung koming ta.
Kamis, 07 Agustus 2014
INTEGRITAS GURUKU
Nanti pukul 14.00 wib masuk lagi ya,
“pesan Pak Muh” Pak Muh, guru kelas tiga dan lima di SD Negeri tempat kami
sekolah dulu. Beliau pendatang. Karena
tidak banyak guru di daerah kami. Biasanya guru-guru SD berasal dari kota
kabupaten lain. Di SD kami muridnya banyak sekali. Satu kelas rata-rata 40 an
anak. Sedangkan gurunya hanya lima orang dengan kepala sekolah. Pak Bon satu
orang. Ruang kelas Cuma ada dua yang cukup bagus itupun bengunan jaman belanda.
Kelas yang lain pinjam di Rumah pak
lurah.
Pak Muh, guru kelas kami. Beliau
kalau mengajar sebelumnya mengaabsen murid-muridnya dilanjutkan bernyanyi atau
bercerita terlebih dulu. Baru kemudian matematika (berhitung), bahasa daerah
dan budipekerti, barang kali kalau sekarang pendidikan karakter. Kami selalu menjemput beliau, membawakan
tasnya dan berjalan beramai-ramai mengiringi beliau. Beliau hampir tak pernah pakai sepatu, hanya
memakai sandal plastik. Sandal plastik ketika itu sangat mewah. Kami tidak tahu
penghasilan guru-guru kami, ku pikir ya tidak memadahilah, nyatanya rumahnya
berdidinding bambu, perabotannya sangat sederhana.
Siang itu cuaca sangat panas. Murid-murid
telah bersiap menerima tambahan pelajaran latihan-latihan mengerjakan soal-soal
dan membahasnya. Kami semua gembira menerima tambahan pelajaran pada saat itu,
walaupun pagi tadi telah masuk sekolah. Murid-murid tidak merasa bosan ataupun
malas-malasan dalam mengikutinya. Karena Pak Muh, dan guru-guru yang lain pada waktu itu pandai
memberi motivasi dan teladan yang baik, mereka sangat berwibawa dan disegani
oleh muridnya maupun masyarakat. Dan
mereka sangat bertanggungjawab terhadap keberhasilan belajar anak didiknya.
Guru-guru kami dulu hanya lulusan SGB setingkat SMP namun kemampuan mengajarnya
sangat baik. Dan mereka mampu, memiliki
kemampuan mengajar berbagai mata
pelajaran dengan baik. Guru-guru kami selalu memberi pelajaran tambahan, diluar
jam sekolah dan tak pernah mengutip biaya tambahan pelajaran, Beliau iklas demi
anak didiknya. Jadi anak-anak sangat hormat dan menyayanginya. Jika beliau
tidak hadir di sekolah sehari saja anak-anak bertanya-tanya ada apa gerangan?
Nasihat-nasihatnya selalu didengar
dan diikuti. Pesan-pesan yang disampaikannya
pun selalu aku ingat. Ya inilah
barangkali kalau istilah sekarang manusia yang berintegritas. Bahkan sampai sekarangpun
tak aku dengar cerita atau berita buruk yang menyangkut perjalanan hidup mereka
mantan pengasuh, pendidik kami dimasa sekolah dasar dahulu, baik yang masih
hidup maupun yang telah almarhum. Karena apa yang mereka katakan sama apa yang
mereka lakukan.
Rabu, 23 Juli 2014
SATRIA
Apa satria itu?
Siapakah satria itu?
Bangsa apakah satria itu?
Untuk menjawab pertanyaan , apa satria itu? Kita harus dapat
menjawab, jenis kata apa satria itu? Menurut pendapat pribadi saya, satria
merupakan kata sifat.
Jadi apa satria itu? Satria adalah suatu sikap tindakan yang didasari oleh pola pikir positif untuk
kemaslahatan orang banyak. Tindakan yang dilakukan untuk sesuatu hal yang
bertujuan melindungi apa saja, siapa saja yang memerlukan atau pantas diberikan
bantuan untuk sebuah kemaslahatan.
Siapakah satria itu?
Datang tampak muka pergi tampak punggung. Itulah sebuah
peribahasa Indonesia, yang diajarkan disekolah oleh Bapak ibu guru kita ketika
kita masih duduk dibangku Sekolah Dasar dulu. Yang berarti kira-kira berani
berbuat ya harus mau menanggung segala akibat yang ditimbulkannya. Tidak melarikan diri atau menghindar dari
akibat yang ditimbulkannya. Apa lagi mencari pembenaran dengan menggiring
pendapat orang lain seolah-olah dirinya benar melakukan perbuatan itu.
Satria itu, adalah sebuah sikap perilaku pengabdian ataupun
pengorbanan diri. Siapa saja yang bersikap dan berperilaku pengabdian maupun
mengorbankan dirinya untuk sebuah kebajikan bagi seluruh umat, tanpa
mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Nirlaba.
Seorang kasatria harus dapat menunjukkan sebuah kebenaran
yang hakiki. Ia dapat dipegang janjinya. Satu kata antara pucapan dan
tindakannya. Ia dapat berada dimana-mana. Tidak bertopeng tampil apa adanya. Rendah
hati, berjiwa besar. Kasatria harus dapat memahami kitab hastha
brata. Bukan Si Anu kan manusia jadi wajar. Kalau kata permakluman seperti itu
tersemat pada dirinya, maka sifat dan sikap kasitriaanya luntur demi nilai.
Jadi bila ada orang yang mengaku sebagai kasatria yang bersikap berperilaku
diluar nilai kemuliaan itu jelas bukan seorang kasatria. Dan ia tidak pantas
untuk diteladani dan diikuti.
Saya berharap semoga para pimpinan kita Indonesia,
benar-benar mendapat kan pimpinan ataupun pemangku wilayah , yang dapat
menguasai hastha brata.
Semoga Allah
memberikan jalan kebenaran yang hakiki.
Senin, 21 Juli 2014
PRESIDENKU BARU
Pilkada sudah selesai. Banyak yang stres gara-gara dikejar para penagih hutang. La.., bagaimana, tidak stres. Modal nyalegnya ngutang. Tidak terpilih lagi. Coba bayangkan mesti saja ya gulung koming ta.
Maka kalau mau terjun ke politik itu jangan disamakan cari kerja, apa lagi diniatkan seperti main gaple. Bejo bejan. Itu kan aneh. Mestinya, kalau sudah bertekad menggeluti politik harus bersiap mengabdi kepada si Suto dan si Noyo. Kudu siap mengasihi, mencintai kaum papa. Tidak bersikap seperti borjois begitu. Ngumbar janji yang tidak berarti. Bagaimana mungkin kaum papa disuruh untuk memilih, padahal para caleg tak pernah berempati kepada mereka. Karyanya gak ketak (tidak dapat dirasakan) dimasyarakat.
Sekarang sudah usai caleg-calegan artinya sekarang sudah jadi anggota DPR boleh tidak boleh aku minta, dan harus para anggota DPR itu memperlihatkan kinerja mewakili rakyat untuk mencari jalan agar supaya rakyat hidup sejahtera, dan dengan kemandirian. Bukan sejahtera karena ngutang. Dan juga para anggota DPR itu harus membuat undang-undang yang dapat mensejahterakan rakyat, dan memberikan hak-hak rakyat yang lebih besar. Bukan mikir atau membuat undang-undang yang menguntungkan diri sendiri. Ingat do’a orang papa dan tertindas dikabulkan oleh Aullah.
Jadi, begini lho maksudku. Presiden sudah dipilih. Beliau punya program ingin membuat Indonesia ini menjadi hebat. Perlu DPR dukung supaya segera terwujud. DPR jangan menjadi duri pengganggu. Rakyat menunggu, apa yang dijanjikan benar-benar dapat dinikmati oleh rakyat jelata. Anak-anak mereka dapat bersekolah dengan baik kalau sakit segera ditolong dokter dengan baik, gratis lagi. Jadi orang bodoh harus dipandaikan, orang sakit disehatkan, orang lemah dikuatkan. Jangan dijadikan dagangan untuk menjaring suara setiap lima tahun sekali. Jangan dipiara kaum fakir miskin itu. Harus dibasmi sampai akar-akarnya, agar menjadi kaum yang kuat sejahtera. Begitu kan maunya presiden baru kita. Dan kenyataannya kita telah memilihnya, artinya kita punya kemauan seperti apa yang dijanjikannya tempo hari.
Itulah yang kita mau. Hidup kita harus berubah kemasa depan yang lebih baik sejahtera. Kita hormati hasilnya. Kuroptor dan tikus-tikus harus kita buru. Walaupun sampai keujung dunia.
NYEM NYEM NYEM
Pagi itu cuaca sangat cerah, apa lagi bertepatan musim
kemarau. Kemarau ini setiap pagi udara sangat dingin, bagaikan membekukan
tubuhku. Aku jadi teringat kampung halamanku. Teringat temanteman sepermainanku
diwaktu kecil dulu, dalam hatiku bergelayut rindu dan tanya.
Wajah Bapak , emak dan adik kakakku berseliweran dipelupuk
mata. Sepertinya semua kejadian itu baru terjadi kemarin. Tak pelak air mataku
mengaliri wajahku. Sesenggukan suara tangis yang aku tahan. Teringat apa yang
kita lakukan setiap hari ketika itu. Bagaimana bapak menasehati ataupun
memarahi kami, bagaimana emak menyiapkan makan untuk kami semua, bagaimana
kakak mengasuh adik-adiknya. Ya, memang tradisi di keluarga kita begitu kakak
tertua mengasuh adik kedua, yang kedua mengasuh adik ketiga dan seterusnya.
Seperti estafet, itulah kewajiban kami
masing-masing.
Kakakku melakukannya dengan sigap. Memang kakak sangat cekatan menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan emak. Emak senang melihat sikap kakak yang demikian itu. Mak, terus apalagi mak? “tanyanya”.
“Kalau itu sudah, masukkan daun salam, serai, dan daun jeruk. Aduk hingga layu, kemudian angkatlah. Masukkan ke dalam kaldu, tambahkan daun bawang, masak hingga mendidih. Kemudian angkat. Nah sudah jadi kuah soto kuningnya” kata emak.
“bagai mana mak cara menyajikannya?” kakak bertanya kepada emak.
Kata emak: “ambil nasi, ambil daging ayam, suwir-suwir, soun, seledri dan kecap manis taruhlah dalam mangkok, lalu tuangi kuah panas. Taburi bawang merah dan seledri. Perciki air jeruk nipis. Coba rasakan”. Perintah emak. Kakak hanya membaui saja karena masih puasa belum waktunya berbuka. Kemudian “harum mak, enak mak!” serunya.
Nah itu kalau masak soto seperti itu. Ingat-ingat jangan sampai lupa:”pesan emak kepada kakak.”
Gedebluk, suatu benda jatuh. Membuyarkan lamunanku. Ternyata seekor tikus jatuh dari lubang ternit jalan cahaya matahari masuk ke dalam kamar.
Langganan:
Postingan (Atom)