Rabu, 23 Juli 2014

SATRIA



Apa satria itu?
Siapakah satria itu?
Bangsa apakah satria itu?
Untuk menjawab pertanyaan , apa satria itu? Kita harus dapat menjawab, jenis kata apa satria itu? Menurut pendapat pribadi saya, satria merupakan kata sifat.

Jadi apa satria itu? Satria adalah suatu sikap tindakan  yang didasari oleh pola pikir positif untuk kemaslahatan orang banyak. Tindakan yang dilakukan untuk sesuatu hal yang bertujuan melindungi apa saja, siapa saja yang memerlukan atau pantas diberikan bantuan untuk sebuah kemaslahatan.

Siapakah satria itu?
Datang tampak muka pergi tampak punggung. Itulah sebuah peribahasa Indonesia, yang diajarkan disekolah oleh Bapak ibu guru kita ketika kita masih duduk dibangku Sekolah Dasar dulu. Yang berarti kira-kira berani berbuat ya harus mau menanggung segala akibat yang ditimbulkannya.  Tidak melarikan diri atau menghindar dari akibat yang ditimbulkannya. Apa lagi mencari pembenaran dengan menggiring pendapat orang lain seolah-olah dirinya benar melakukan perbuatan itu.

Satria itu, adalah sebuah sikap perilaku pengabdian ataupun pengorbanan diri. Siapa saja yang bersikap dan berperilaku pengabdian maupun mengorbankan dirinya untuk sebuah kebajikan bagi seluruh umat, tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Nirlaba.

Seorang kasatria harus dapat menunjukkan sebuah kebenaran yang hakiki. Ia dapat dipegang janjinya. Satu kata antara pucapan dan tindakannya. Ia dapat berada dimana-mana. Tidak bertopeng tampil apa adanya. Rendah hati,  berjiwa besar.  Kasatria harus dapat memahami kitab hastha brata. Bukan Si Anu kan manusia jadi wajar. Kalau kata permakluman seperti itu tersemat pada dirinya, maka sifat dan sikap kasitriaanya luntur demi nilai. Jadi bila ada orang yang mengaku sebagai kasatria yang bersikap berperilaku diluar nilai kemuliaan itu jelas bukan seorang kasatria. Dan ia tidak pantas untuk diteladani dan diikuti.

Saya berharap semoga para pimpinan kita Indonesia, benar-benar mendapat kan pimpinan ataupun pemangku wilayah , yang dapat menguasai hastha brata.
Semoga Allah memberikan jalan kebenaran yang hakiki.

Senin, 21 Juli 2014

PRESIDENKU BARU



Pilkada sudah selesai. Banyak yang stres gara-gara dikejar para penagih hutang. La.., bagaimana, tidak stres. Modal nyalegnya ngutang. Tidak terpilih lagi. Coba bayangkan mesti saja ya gulung koming ta.

Maka kalau mau terjun ke politik itu jangan disamakan cari kerja, apa lagi diniatkan seperti main gaple. Bejo bejan. Itu kan aneh. Mestinya, kalau sudah bertekad menggeluti politik harus bersiap mengabdi kepada si Suto dan si Noyo. Kudu siap mengasihi, mencintai kaum papa. Tidak bersikap seperti borjois begitu. Ngumbar janji yang tidak berarti. Bagaimana mungkin kaum papa disuruh untuk memilih, padahal para caleg tak pernah berempati kepada mereka. Karyanya gak ketak (tidak dapat dirasakan) dimasyarakat. 

Sekarang sudah usai caleg-calegan artinya sekarang sudah jadi anggota DPR boleh tidak boleh aku minta, dan harus para anggota DPR itu memperlihatkan kinerja mewakili rakyat untuk mencari jalan agar supaya rakyat hidup sejahtera, dan dengan kemandirian. Bukan sejahtera karena ngutang. Dan juga para anggota DPR itu harus membuat undang-undang yang dapat mensejahterakan rakyat, dan memberikan hak-hak rakyat yang lebih besar. Bukan mikir atau membuat undang-undang yang menguntungkan diri sendiri. Ingat do’a orang papa dan tertindas dikabulkan oleh Aullah.

Jadi, begini lho maksudku. Presiden sudah dipilih. Beliau punya program ingin membuat Indonesia ini menjadi hebat. Perlu DPR dukung supaya segera terwujud. DPR jangan menjadi duri pengganggu. Rakyat menunggu, apa yang dijanjikan benar-benar dapat dinikmati oleh rakyat jelata. Anak-anak mereka dapat bersekolah dengan baik kalau sakit segera ditolong dokter dengan baik, gratis lagi.  Jadi orang bodoh harus dipandaikan, orang sakit disehatkan, orang lemah dikuatkan. Jangan dijadikan dagangan untuk menjaring suara setiap lima tahun sekali. Jangan dipiara kaum fakir miskin itu. Harus dibasmi sampai akar-akarnya, agar menjadi kaum yang kuat sejahtera.  Begitu kan maunya presiden baru kita. Dan kenyataannya kita telah memilihnya, artinya kita punya kemauan seperti apa yang dijanjikannya tempo hari.

Itulah yang kita mau. Hidup kita harus berubah kemasa depan yang lebih baik sejahtera. Kita hormati hasilnya. Kuroptor dan tikus-tikus harus kita buru. Walaupun sampai keujung dunia.




NYEM NYEM NYEM





Pagi itu cuaca sangat cerah, apa lagi bertepatan musim kemarau. Kemarau ini setiap pagi udara sangat dingin, bagaikan membekukan tubuhku. Aku jadi teringat kampung halamanku. Teringat temanteman sepermainanku diwaktu kecil dulu, dalam hatiku bergelayut rindu dan tanya.

Wajah Bapak , emak dan adik kakakku berseliweran dipelupuk mata. Sepertinya semua kejadian itu baru terjadi kemarin. Tak pelak air mataku mengaliri wajahku. Sesenggukan suara tangis yang aku tahan. Teringat apa yang kita lakukan setiap hari ketika itu. Bagaimana bapak menasehati ataupun memarahi kami, bagaimana emak menyiapkan makan untuk kami semua, bagaimana kakak mengasuh adik-adiknya. Ya, memang tradisi di keluarga kita begitu kakak tertua mengasuh adik kedua, yang kedua mengasuh adik ketiga dan seterusnya. Seperti estafet,  itulah kewajiban kami masing-masing. 

Waktu itu bulan Ramadhan, emak memasak untuk berbuka , ketika itu dibantu kakak perempuanku. Emak mengajari dan menasehati kakak, anak perempuan itu harus terampil memasak:”katanya” kalau tidak bisa memasak memalukan:”sambungnya.”  Sambil mengulek bahan bumbu yang harus  dihaluskan. Sambil menjelaskan empat butir kemiri , satu sendok teh merica butiran, satu sendok teh ketumbar, jahenya dikeprek kunyitnya dikupas kira-kira panjangnya lima senti saja, kasihlah garam secukupnya jangan lupa serainya dikeprek kemudian panaskan minyak itu untuk menomis, sampai harum ya” kata emak.
Kakakku melakukannya dengan sigap. Memang kakak sangat cekatan menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan emak. Emak senang melihat sikap kakak yang demikian itu. Mak, terus apalagi mak? “tanyanya”.
“Kalau itu sudah, masukkan daun salam, serai, dan daun jeruk. Aduk hingga layu, kemudian angkatlah.  Masukkan ke dalam kaldu, tambahkan daun bawang, masak hingga mendidih. Kemudian angkat. Nah sudah jadi kuah soto kuningnya” kata emak.
“bagai mana mak cara menyajikannya?” kakak bertanya kepada emak.
Kata emak: “ambil nasi,  ambil daging ayam, suwir-suwir, soun, seledri dan kecap manis taruhlah dalam mangkok, lalu tuangi kuah panas. Taburi bawang merah dan seledri. Perciki air jeruk nipis. Coba rasakan”. Perintah emak. Kakak hanya membaui saja karena masih puasa belum waktunya berbuka. Kemudian “harum mak, enak mak!” serunya.
Nah itu kalau masak soto seperti itu. Ingat-ingat jangan sampai lupa:”pesan emak kepada kakak.” 

Gedebluk, suatu benda jatuh. Membuyarkan lamunanku. Ternyata seekor tikus jatuh dari lubang  ternit jalan cahaya matahari masuk ke dalam kamar.

Minggu, 06 Juli 2014

TOPENG BOPENG

era manusia bertopeng
mereka berperan sebagai pecinta
merangkul para kyai dan habaib
tuk samarkan siapa ia sesungguhnya

kyai dan habaib terdiam tak berkatakata
ia mencoba tuk tipu diri sendiri
kerna mereka tlah terseret dalam pusaran palsu
kita tunggu esuk pagi, semuanya kan tersingkap

lalu, ...........
ooo..............
ha...ha.....ha.....
hi....hi....hi.......

(Hari tenang pilpres 7714)